Sabtu, 25 September 2010

Manado Cyber City


MANADO CYBER CITY

Topik diskusi Manado Cyber City - MCC, sudah beberapa kali dibicarakan, antara lain dengan PT Telkom Manado, Bp.Sindhu, Ranuh, Aristo. Topik yang sama juga pernah dilakukan bersama rekan Stenly. Pada hakekatnya keberhasilan konsepsi Manado Cyber City, memerlukan sebuah proses dan waktu, terlebih partisipasi semua pemangku kepentingan. Konsep tersebut setidaknya harus murah, adaptif dan legal.

Saya merangkum rangkaian diskusi tersebut dan memperkayanya dari wikipedia.org dan detik.com. Salah satu artikel tentang Cloud Computing menarik untuk dikutip, dengan alasan bahwa konsep MCC setidaknya harus memperhatikan konsepsi tersebut.

"Cloud Computing" secara sederhana adalah "layanan teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet". Namun tidak semua layanan yang ada di internet bisa dikategorikan sebagai Cloud Computing, ada setidaknya beberapa syarat yang harus dipenuhi:
1. Layanan bersifat "On Demand", pengguna dapat berlangganan hanya yang
    dia butuhkan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka gunakan saja.
2. Layanan bersifat elastis/scalable, di mana pengguna bisa menambah atau
   mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan saja dan
    sistem selalu bisa mengakomodasi perubahan tersebut.
3. Layanan sepenuhnya dikelola oleh penyedia/provider, yang dibutuhkan
   oleh pengguna hanyalah komputer personal/notebook ditambah koneksi
   internet.

Dari sisi jenis layanan tersendiri, Cloud Computing, terbagi dalam 3 jenis layanan, yaitu : Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS).
Sementara dari sifat jangkauan layanan, terbagi menjadi Public Cloud, Private Cloud dan Hybrid Cloud.
 
Intinya, Cloud Computing adalah sebuah mekanisme yang memungkinkan kita "menyewa" sumber daya teknologi informasi (software, processing power, storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan sesuai kebutuhan kita dan membayar secukupnya pula.
Dengan konsep ini, maka semakin banyak orang yang bisa memiliki akses dan memanfaatkan sumber daya tersebut, karena tidak harus melakukan investasi besar-besaran.

Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, setiap organisasi akan berpikir panjang untuk mengeluarkan investasi tambahan di sisi TI. Terlebih hanya untuk mendapatkan layanan-layanan yang mungkin hanya dibutuhkan sewaktu-waktu saja. Seperti kecenderungan beberapa tahun terakhir dimana banyak perusahaan telah melakukan outsourcing terhadap pekerjaan non-core mereka. Demikian juga dengan kebutuhan layanan TI, kecenderungan untuk "menyewa" sumber daya TI melalui mekanisme Cloud Computing ini, menunjukan peningkatan signifikan dalam 3 tahun terakhir. Mochamad James Falahuddin, www.detik.com , 2010.

Pemerintah Amerika melalui National Institut of Science and Technology (NIST) sebagai bagian dari Departemen Perdagangan Amerika, telah membuat beberapa rekomendasi standar tentang  berbagai aspek dari Cloud Computing untuk dijadikan referensi. Sebagian besar isi artikel ini diambil dari dokumentasi NIST tersebut.
 
Kriteria Cloud Computing

Seperti sudah sedikit dijelaskan dalam tulisan terdahulu, bahwa tidak semua aplikasi berbasis web dapat dimasukkan ke dalam kategori cloud computing. NIST menetapkan setidaknya lima kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem untuk bisa di masukkan dalam keluarga cloud computing, yaitu :

1. Swalayan (On Demand Self Service)

Seorang pelanggan dimungkinkan untuk  secara langsung "memesan" sumber daya yang dibutuhkan, seperti processor time dan kapasitas penyimpanan melalui control panel elektronis yang disediakan. Jadi tidak perlu berinteraksi dengan personil customer service jika perlu menambah atau mengurangi sumberdaya komputasi yang diperlukan.
 
2. Akses Pita Lebar (Broadband Network Access)

Layanan yang tersedia terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama untuk dapat diakses secara memadai melalui jaringan internet, baik menggunakan thin-client, thick-client ataupun media lain seperti smartphone.

3. Sumberdaya Terkelompok (Resource pooling)

Penyedia layanan cloud, memberikan layanan melalui sumberdaya yang dikelompokkan di satu atau berbagai lokasi date center yang terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme multi-tenant. Mekanisme multi-tenant ini memungkinkan sejumlah sumberdaya komputasi tersebut digunakan secara bersama-sama oleh sejumlah user, di mana sumberdaya tersebut baik yang berbentuk fisik maupun virtual, dapat dialokasikan secara dinamis untuk kebutuhan pengguna/pelanggan sesuai permintaan.

Dengan demikian, pelanggan tidak perlu tahu bagaimana dan darimana permintaan akan sumberdaya komputasinya dipenuhi oleh penyedia layanan. Yang penting, setiap permintaan dapat dipenuhi. Sumberdaya komputasi ini meliputi media penyimpanan, memory, processor, pita jaringan dan mesin virtual.
 
4. Elastis (Rapid elasticity

Kapasitas komputasi yang disediakan dapat secara elastis dan cepat disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan kapasitas yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, dengan kemampuan ini seolah-olah kapasitas yang tersedia tak terbatas besarnya, dan dapat "dibeli" kapan saja dengan jumlah berapa saja.

5. Layanan Yang Terukur (Measured Service)

Sumberdaya cloud yang tersedia harus dapat diatur dan dioptimasi penggunaannya, dengan suatu sistem pengukuran yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumberdaya komputasi yang digunakan (penyimpanan, memory, processor, lebar pita, aktivitas user, dan lainnya). Dengan demikian, jumlah sumberdaya yang digunakan dapat secara transparan diukur yang akan menjadi dasar bagi user untuk membayar biaya penggunaan layanan.
 
Dari sisi jenis layanan cloud sendiri, sampai saat ini para pemain di area ini sepakat untuk membagi jenis layanan cloud computing ke dalam tiga jenis layanan, yaitu:

1. Software as a Service (SaaS).

SaaS ini merupakan layanan Cloud Computing yang paling dahulu populer. Software as a Service ini merupakan evolusi lebih lanjut dari konsep ASP (Application Service Provider). Sesuai namanya, SaaS memberikan kemudahan bagi pengguna untuk bisa memanfaatkan sumberdaya perangkat lunak dengan cara berlangganan. Sehingga tidak perlu mengeluarkan investasi baik untuk in house development ataupun pembelian lisensi.

Dengan cara berlangganan via web, pengguna dapat langsung menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh penyedia layanan. Hanya saja dengan konsep SaaS ini, pelanggan tidak memiliki kendali penuh atas aplikasi yang mereka sewa. Hanya fitur-fitur aplikasi yang telah disediakan oleh penyedia saja yang dapat disewa oleh pelanggan. Dan karena arsitektur aplikasi SaaS yang bersifat multi tenant, memaksa penyedia untuk hanya menyediakan fitur yang bersifat umum, tidak spesifik terhadap kebutuhan pengguna tertentu. Meskipun demikian, kustomisasi tidak serta-merta diharamkan, meskipun hanya untuk skala dan fungsi yang terbatas.

2. Platform as a Service (PaaS)

Seperti namanya, PaaS adalah layanan yang menyediakan modul-modul siap pakai yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah aplikasi, yang tentu saja hanya bisa berjalan diatas platform tersebut.

Seperti juga layanan SaaS, pengguna PaaS tidak memiliki kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memory, media penyimpanan, processing power dan lain-lain, yang semuanya diatur oleh provider layanan ini.

3. Infrastructure as a Service (IaaS).

IaaS terletak satu level lebih rendah dibanding PaaS. Ini adalah sebuah layanan yang "menyewakan" sumberdaya teknologi informasi dasar, yang meliputi media penyimpanan, processing power, memory, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan oleh penyewa untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya.

Model bisnisnya mirip dengan penyedia data center yang menyewakan ruangan untuk co-location, tapi ini lebih ke level mikronya. Penyewa tidak perlu tahu, dengan mesin apa dan bagaimana caranya penyedia layanan menyediakan layanan IaaS. Yang penting, permintaan mereka atas sumberdaya dasar teknologi informasi itu dapat dipenuhi.

Perbedaan mendasar dengan layanan data center saat ini adalah IaaS memungkinkan pelanggan melakukan penambahan/pengurangan kapasitas secara fleksibel dan otomatis. Salah satu pionir dalam penyediaan IaaS ini adalah Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Computing Cloud).

Layanan Amazon EC2 ini menyediakan berbagai pilihan persewaan mulai CPU, media penyimpanan, dilengkapi dengan sistem operasi dan juga platform pengembangan aplikasi yang bisa disewa dengan perhitungan jam-jaman. Untuk di dalam negeri sendiri, rencananya ada beberapa provider yang akan menyediakan layanan sejenis mulai pertengahan tahun ini.

Setelah karakteristik dan jenis layanan, sekarang kita berlanjut ke tipe-tipe penerapan (deployment) dari layanan Cloud Computing, yang terbagi menjadi empat jenis penerapan, yaitu:

1. Private cloud

Di mana sebuah infrastruktur layanan cloud, dioperasikan hanya untuk sebuah organisasi tertentu. Infrastruktur cloud itu bisa saja dikelola oleh si organisasi itu atau oleh pihak ketiga. Lokasinya pun bisa on-site ataupun off-site. Biasanya organisasi dengan skala besar saja yang mampu memiliki/mengelola private cloud ini.

2. Community cloud

Dalam model ini, sebuah infrastruktur cloud digunakan bersama-sama oleh beberapa organisasi yang memiliki kesamaan kepentingan, misalnya dari sisi misinya, atau tingkat keamanan yang dibutuhkan, dan lainnya.
Jadi, community cloud ini merupakan "pengembangan terbatas" dari private cloud. Dan sama juga dengan private cloud, infrastruktur cloud yang ada bisa di-manage oleh salah satu dari organisasi itu, ataupun juga oleh pihak ketiga. 

3. Public cloud

Sesederhana namanya, jenis cloud ini diperuntukkan untuk umum oleh penyedia layanannya. Layanan-layanan yang sudah saya sebutkan sebelumnya dapat dijadikan contoh dari public cloud ini. 


4. Hybrid cloud

Untuk jenis ini, infrastruktur cloud yang tersedia merupakan komposisi dari dua atau lebih infrastruktur cloud (private, community, atau public). Di mana meskipun secara entitas mereka tetap berdiri sendiri-sendiri, tapi dihubungkan oleh suatu teknologi/mekanisme yang memungkinkan portabilitas data dan aplikasi antar cloud itu. Misalnya, mekanisme load balancing yang antarcloud, sehingga alokasi sumberdaya bisa dipertahankan pada level yang optimal.

Manado Cyber City - MCC

MCC selayaknya mengakomodasi konsepsi Cloud Computing ini.  Komputasi Awan  sebagai Service as an Aplication rasanya berlu dibangun, perlu diadakan, khususnya aplikasi yang mempunyai karakteristik khusus, seperti Pelayanan Satu Atap Perizinan , Peta Digital Kota Manado, dan Sistem Informasi Manajemen di tiap unit kerja dan SKPD , e-Gov.

Persoalan utama di Kota Manado adalah perlunya persamaan persepsi terhadap apa yang dimaksud dengan Efisiensi dan Efektifitas Manajemen menggunakan ICT yang murah dan legal. Aspek legal penting diakomodasi sebab perangkat lunak yang tidak legal bisa berimplikasi bukan hanya aspek hukum tetapi juga ujungnya mengeluarkan tambahan pembiayaan hanya semata perlunya pemeliharaan tambahan karena sistem tersebut mudah terganggu. Aspek murah perlu diperhatikan bukan karena pertimbangan ekonomis semata tetapi murah dalam pembiayaan implementasi dan pemeliharaannya. Sumber Daya Manusia menjadi penting dalam konsepsi sampai implemantasi MCC. Kendala SDM bukan berarti kesulitan mengoperasionalkan konsep MCC ini, jauh lebih penting adalah persamaan persepsi terhadap target dan tahapan implementasinya. MCC adalah sebuah proses, perlu partisipasi semua pemangku kepentingan.

Salah satu upaya persamaan persepsi terhadap konsep MCC kepada seluruh pemangku kepentingan adalah penyiapan empat tahapan kompetensi yang harus dipersiapkan yaitu, Kompetensi strategis, yaitu : aktivitas yang berfokus on ensuring linkage of IT to business strategy. From that lingkage, this group will then make IT investment decisions and set IT operation budget. Kompetensi Managemen IT, yaitu aktivitas yang berfokus on managing and implementing projects. Kompetensi Operasionalisasi, yaitu aktivitas yang berfokus on delivering the IT services. Kompetensi Business Support, yaitu aktivitas yang berfokus on managing the internal IT resources. Dan Kompetensi Risk Control, yaitu aktivitas yang berfokus on managing IT risks.

Selanjutnya dari pemahaman yang sama terhadap tatanan kompetensi diatas akan menuntun terhadap perlunya kebutuhan umum yang mendasari   implementasi MCC yaitu bidang: Arsitektur Informasi, Arsitektur Aplikasi, Arsitektur teknis infrastruktur, Arsitektur Organisasi. Sejalan dengan empat isu mendasar tersebut, juga meliputi domain: Keamanan – Security, Disaster and Recovery, IT Audit, IT Shared Services, Change Management Approach for IT Implementation, Investment and Cost Control, IT Road Map.

MCC sebagai produk komunitas, maka , sudah selayaknya komunitas dilibatkan sejak dalam tahapan konsepsinya. Disinilah peran strategis Pemimpin Kota, untuk melibatkan dan mengkondisikan bahwa MCC adalah milik bersama. Sebab sepanjang masyarakat Kota merasa bahwa produk tersebut adalah milik mereka, tentunya masyarakat juga akan menjaga dan memeliharanya. Tidak selamanya produk layanan umum modern harus mahal, seringkali hanya memerlukan komunikasi intensif dan membumi maka produk layanan umum tersebut akan terealisasi.

1 komentar:

  1. BLOG MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
    http://manajemen-kewirausahaan-789.blogspot.com/2010/10/selamat-datang.html

    BalasHapus