Sabtu, 25 September 2010

Bisnis Informasi

BISNIS INFORMASI


Salah satu ciri bisnis digital modern adalah kekaburan peran sebagai mitra dan kompetitor bisnis,  artinya disuatu kesempatan batasan sebagai Produsen – Konsumen – Distributor – Advokator dan Agrigator menjadi kabur sejalan dengan peran dan fungsi tersebut dapat dilakukan sekaligus oleh seseorang pada saat yang sama. Pada waktu konsumen berkomentar dan memberi masukan terhadap suatu jasa layanan informasi online, di jejaring sosial misalnya, maka konsumen tersebut sudah berfungsi sebagai produsen dengan hasil karya komentarnya.  Selanjutnya , sewaktu komentar tersebut di teruskan / di forward ke orang lain, maka komentator tersebut sudah menjalankan fungsi distributor informasi. Dilain kesempatan si komentator dengan gagah berani mengusulkan atau memberi arahan petunjuk ataupun nasehat kepada konseumen lainnya maka komentator tersebut sudah berfungsi sebagai advokator. Dalam keadaan tertentu si komentator bisa berfungsi agrigator kalau dengan perasaan kesal memfitnah seseorang di layanan online atau jejaring sosial publik. Fungsi sebagai Agrigator ataupun sebagai Predator dengan mudah dilakukan pada saat si komentator tersebut sedang online. Fungsi sebagai Produsen Konsumen Distributor dengan mudah diperankan dan dilakukan seseorang  dalam sekejap menekan tombol enter.

Jumlah pelanggan seluler di Indonesia terus meraksasa. Dalam data terakhir, jumlahnya disebut sudah menembus angka 180 juta pelanggan. Menurut Ketua Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI), Sarwoto Atmosutarno, industri seluler menjadi berkah bagi negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Hal itu lantaran kian terjangkau dan berkembangnya layanan seluler di tengah semakin kurang populernya layanan telepon tetap. Hal ini mengartikan bahwa bisnis informasi dan data akan mengalami percepatan sejalan dengan mudahnya orang berkomunikasi dan  memungkinkan kebutuhan kantor dan life-style seseorang terfasilitasi.  Metode berkomunikasi mengalami pergeseran bentuk, media teks sekarang multimedia, tatap muka sekarang telekonference, perorangan sekarang komunitas, serial komputasi sekarang paralel komputasi, satu task sekarang multi-task, video record sekarang video streaming, dsb. Sederhananya bentuk komunikasi modern dan banyak dan bertumbuhnya pemakai peralatan digital modern melahirkan peluang bisnis baru, antara lain jurnalis independen.

Kehadiran teknologi internet  dan semakin mudahnya menggunakan aplikasi perangkat lunak perkantoran memungkinkan seseorang bisa menjadi jurnalis independen. Kendala perlu adanya sebuah institusi penerbitan bagi seseorang supaya bisa menjadi jurnalis menjadi tidak penting, karena hasil jurnalismenya bisa dipublikasikan di internet dan bisa dibaca segera. Tidak memerlukan sebuah otoritas editor untuk mengedit karya tulisnya. Tidak dikejar-kejar batas waktu penerbitan dan tidak ada pembatasan isu dan isi tulisan. Terlebih tidak dapat dikejar aparat oleh karena tulisan saya mengganggu perasaan orang lain. Bebas Merdeka  di dunia Maya. Jurnalisme Independen adalah jurnalisme saya untuk banyak orang. Sebab si penulis bertindak sebagai Produsen , Distributor , Advokator dan bahwa bisa menjadi Agrigator Informasi. Peran itu dulunya dipisah-pisahkan oleh karena fungsi bisnisnya, sekarang bisa diperankan oleh satu orang.

Dalam suatu kesempatan Maret 2009, dijadwal rutin senin sore, saya bersama Richard Nainggolan, pemimpin redaksi Tribun Manado, via telpon, kami berdiskusi mengenai Koran Digital. Tentu didalamnya  terangkat juga isu tentang digital jurnalistik. Sampai dengan sejauhmana penegakkan hukum jika terjadi pelanggaran informasi, apakah memakai Undang-Undang Pers atau UU ITE. Pembicaraan meluas sampai dengan isu jurnalis independen dan penerbitan independen. Saat ini untuk menjadi jurnalis terpandang tidak perlu bergabung kepada sebuah perusahaan penerbitan terkenal, sebab seseorang bisa mempublikasikan karya jurnalistiknya dengan mudah dan murah di internet. Apakah karya tersebut dibaca? Akan sangat tergantung kepada isi dan kwalitas karya jurnalistiknya. Karya digital jurnalistik tidak hanya terbatas berbasis teks saja, tetapi sudah bergeser kepada multimedia, gabungan audio video teks. Sehingga kepada seseorang yang berkeinginan menjadi jurnalis independen, maka yang diperlukannya adalah wawasan dan kepekaan untuk merekam dan menyajikannya dengan moda visualisasi yang menarik dan memberdayakan. Sepanjang karya jurnalistiknya tidak menyentuh perasaan dan kebutuhan pembaca maka seringkali karya jurnalistik tersebut akan menjadi sebuah pajangan semata. Menjadi tantangan jurnalisme independen adalah sejauhmana karya jurnalistiknya akan mendorong orang lain terinspirasi dan tergoda untuk menindaklanjutinya dalam proporsi yang pas. Sederhananya, karya digital jurnalistiknya mampu memberdayakan pembaca dan mendorong lingkungan pembaca untuk berbuat lebih baik lagi.

Salah satu upaya radio talk, smart digital life style adalah membahas beberapa karya jurnalistik independen yang terasosiasi pada internetsehat.org dengan Blog Awardnya. Salah satu tulisan yang terbahas adalah Predator Online, terkutip dibawah ini.

Memanfaatkan sarana komunikasi online seperti jejaring sosial, instant messaging, dan e-mail memang bisa memperluas cakupan pertemanan. Tapi sering kali tidak disadari bahwa hal itu juga dapat meningkatkan risiko anak menjadi incaran para predator online.
Anak dan remaja sering kali merasa dirinya sudah tahu cara menghadapi para pemangsa di internet. Tapi yang sering kali terjadi, mereka malah bersikap naif menanggapi sebuah hubungan di dunia maya.
Ada baiknya orang tua memberitahu anak cara kerja para predator online. Tujuannya tentu saja agar terhindar mereka mengenali gelagat mereka dengan lebih baik, dan paham bahwa mereka harus diwaspadai. Berikut adalah 5 cara kerja para predator online:
1Mencari anak-anak melalui jejaring sosial, blog, ruang obrolan (chat room), e-mail, forum, dan berbagai situs web.
2Merayu sasaran mereka dengan cara memberi perhatian, kasih sayang, kebaikan, dan bahkan hadiah.
3Paham tren musik dan hobi terbaru kesukaan dari target mereka.
4Menyisipkan hal-hal yang seharusnya terlarang bagi anak-anak dengan cara mengenalkan konten berbau seks dalam percakapan, atau dengan memperlihatkan materi-materi seksual.
5Menjajaki kemungkinan apakah anak-anak tersebut dapat diajak bertemu kopdar di kemudian hari.
Berikut adalah8 langkah perisai (proteksi) yang dapat dilakukan para orang tua untuk meminimalisasi peluang anak menjadi korban:
1Ajak anak bicara tentang predator seks dan bahaya yang dapat timbul.
2Patuhi batasan usia di situs jejaring sosial. Biasanya jejaring sosial mensyaratkan usia minimal 13 tahun untuk bisa bergabung.
3Anak usia dini harusnya dijauhkan dari chat room, karena terlalu berbahaya. Saat mereka bertambah besar, anjurkan mereka untuk memakai chat room yang termonitor.
4Jika anak Anda bergabung di salah satu chat room, pastikan Anda mengetahui room yang mereka kunjungi, dengan siapa mereka bicara, dan apa saja yang mereka bicarakan.
5Letakkan komputer berinternet di ruangan yang bisa dilihat banyak orang, jangan menaruhnya di kamar anak.
6Untuk anak yang masih kecil, mereka sebaiknya menggunakan alamat e-mail keluarga, bukan alamat email mereka sendiri.
7Mintalah mereka untuk tidak memberikan data-data pribadi/keluarga kepada siapapun di Internet
8Ingatkan anak Anda untuk tidak membalas e-mail atau pesan instan dari orang asing.
Karya jurnalistik Predator Online diatas adalah bentuk pemberdayaan pasar agar para konsumen  Microsoft.Com berhati-hati dan dewasa berinternet. Bisnis informasi pada hakekatnya adalah sebuah transaksi ide dan perasaan, vision and mind. Dengan kata lain bisnis informasi adalah bisnis yang saling memberdayakan. Produsen , Konsumen , Distributor informasi yang terlibat dalam bisnis informasi seharusnya dalam semangat untuk saling memberdayakan agar`bertahan dan bertumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar