Sabtu, 25 September 2010

Digital Trust


DIGITAL TRUST


Senin sore 9 Agustus 2010 , seperti biasa saya mulai berkemas menuju studio Smart FM sambil berpikir apa saja info yang hendak dibicarakan. Setelah membuka Internet dan membaca info terkini , masih belum berhasil menentukan topik, bukan karena internet kekurangan informasi tetapi saking banyaknya informasi yang bisa dibaca semakin bingung memilih satu diantaranya. Ternyata memilih dan mengambil keputusan digital bukan hanya memerlukan perbendaharaan data dan info tetapi juga memerlukan ketrampilan dan feeling bahwa inilah keputusan digital yang baik. Rasanya kasus saya ini mungkin akan dihadapai oleh orang lain juga, seperti pengambilan keputusan untuk membeli handphone , notebook ataupun perangkat elektronik digital lainnya. Kita sering diperhadapakan dengan berbagai pilihan yang mungkin saja tiap pilihan tersebut beresiko dikemudian hari. Membeli kucing dalam karung hampir mirip dengan bagaimana membeli perangkat elektronik digital terkini. Sebab bukankah siklus hidup perangkat elektronik juga pendek dan sering berubah? Masih hangat dibenak kita bagaimana merosotnya penjualan komputer desktop oleh keberadaan notebook dan netbook, dan kini malah bermetamorfosis ke Smart-Phone, artinya perangkat handphone yang bisa melakukan komputasi layaknya komputer desktop, dengan layar sentuh dan kamera resolusi tinggi. Pilihan memilih perangkat komunikasi atau perangkat komputasi   semakin difasilitasi oleh keberadaan SmartPhone. Pendek kata, memilih perangkat digital modern memerlukan bukan hanya info dan data produk tersebut tetapi memerlukan feeling dan terlebih Nyali. Digital-Trust adalah platform dari Nyali dan Feeling tersebut. Intangible-Value dari   sebuah kepercayaan – Trust tidak lain adalah sebuah perasaan yang terjadi karena berbagai pengalaman yang seseorang terhadap sebuah produk elektronik digital yang pernah digunakan ataupun yang pernah diketahuinya dari berbagai pengalaman pribadi ataupun keompoknya, sedangkan Nyali adalah sebuah keberanian untuk menggunakan sebuah produk digital yang walaupun keberhasilan dan kemampuan produk tersebut belum diketahui tetapi memeliki keyakinan bahwa produk digital tersebut akan bermanfaat. Sehingga Nyali dan Feeling merupakan kesatuan yang utuh untuk membangun kepercayaan digital, Digital Trust.
Demikianlah perasaan saya sore tersebut, untuk segera memasuki studio dan memesan lagu untuk membicarakan Digital Trust bersama Carla , pada acara radio-talk Smart Digital Life Style.

Setelah dibuka, Saya memulai dengan berita kecelakaan perahu wisata di pelabuhan Manado, yang menelan korban Anggota DPR RI. Bagaimana hubungan kecelakaan tersebut dengan topik Digital Trust ?  Manado Kota Pariwisata Dunia yang dicitakan dalam pemerintah Kota Manado adalah sebuah tatanan virtual yang menggambarkan terselenggaranya kepariwisataan yang paripurna, dimana antara pelaku bisnis , objek pariwisata dan pemangku kepentingan lainnya bisa mendapatkan manfaat bersama dan berkelanjutan. Mengapa virtual, ya karena pada hakekatnya tatanan virtual yang dicitakan tersebut memang masih jauh, memerlukan keseriusan, dan aksi nyata , dan bukan tidak mungkin korban, agar semua waspada dan bersiap sejak sekarang. Para calon wisatawan bukan hanya memerlukan tempat wisata yang menakjubkan mata, tetapi lebih jauh bahwa para wisatawan ingin berekreasi , bersenang dan mengaso, berkontemplasi dan ber-retreat. Oleh sebab itu fasilitas dan sarana pendukungnya, termasuk transportasi laut Manado ke Bunaken dan transportasi lainnya harus dijamin keamanannya. Turis memerlukan kepercayaan bahwa sarana transportasi dan penginapan harus terjamin keamanan dan kenyamanannya. Trust tidak tumbuh sekejab tetapi memerlukan waktu untuk para calon wisatawan datang dan memerlukan keseriusan pemasaran yang berkelanjutan. Sederhananya, TRUST sebagai sebuah parameter industri pariwisata adalah sebuah usaha terus menerus oleh semua pemangku kepentingan, pelaku bisnis agar Tatatan Virtual MKPD bisa dicapai.
Digital Life Style juga memerlukan TRUST. Bisnis Digital tanpa TRUST akan mudah ditelan perkembangan bisnis modern, kompetitor dan bukan tidak mungkin mitra kita sekalipun. Trust ibarat sebuah domain brainware yang bertugas menciptakan pasar` dan merawatnya. Kenapa pasar perlu dirawat? Ya karena para pemakai produk digital mudah selingkuh dengan suatu produk baru, sejalan dengan life-Cycle teknologi yang pendek. Perselingkuhan para konsumen terhadap produk digital  dikondisikan karena begitu cepatnya perkembangan teknologi, yang menghasilkan dagangan baru untuk siap  diperjualbelikan. Masih hangat dibenak kita dengan maraknya SmartPhone, sebentar lagi akan memasuki babak baru dengan kehadiran IPad. Konsumen yang tidak percaya terhadap Trust Digital akan mudah sekali berselingkuh terhadap perangkat ICT baru yang  ditawarkan.. Sehingga untuk memelihara konsumen digital untuk tidak mudah berselingkuh, produsen digital yang memeliki reputasi baik akan membuat program Customer Support Relation kadang berupa Wisata & Olahraga bersama, Service & UpDating gratis dan masih banyak lagi, hanya untuk memelihara pelanggan dan calon pelanggan.
Dalam kasus kecelakaan anggota DPR`seaktu wisata ke Bunaken kiranya tidak menjadi klimaks balik daripada semangant memelihara pelanggan dan calon pelanggan MKPD yang dicitakan tersebut. Sebab, para pelancong akan mudah selingkuh menuju tujuan wisata lain yang menjamin TRUST kenyamanan dan keamanannya.

Setelah jeda iklan, kami lanjut ke topik wacana pemblokiran BlackBerry di sejumlah negara Timur-Tengah dan wacana serupa di Indoensia. Pemerintah menunut pihak RIM pemilik BlackBerry agar membuka Pusat Data dan Layanan di Indoensia, agar transaksi informasi bisa di kontrol dan diawasi untuk mencegah kasus terorisme dan pornografi. Menurut informasi di salah satu portal Nasional pihak RIM akan bersedia membuka pusat layanan data dan pelayanan di masing-masing negara pemasarannya. Regulator berharap bahwa sudah selayaknya pelaku bisnis informasi dan layanan telekomunikasin yang memanfaatkan potensi pasar`di Indoensia membayar pajak. Selain itu tentu regulatir hendak melindungi masyarakat yang menggunakan teknologi BlackBerry tersebut. Pertanyya lanjutnya apakah hal ini akan berlaku juga ke layanan lainnya yang basis Server Layanan datanya berada di luar Indoensia, seperti Yahoo, Gmail, dsb. Bukankah seringkali masyarakat diperhadapkan dengan layanan global beraksi lokal seperti Yahoo atau Gmail tersebut. Lebih parah lagi ternyata layanan tersebut di pakai sebagai layanan resmi perangkat regulator di tingkat lokal dan  Nasional. Tidak sedikit perangkat pemerintah menggunakan layanan Yahoo.mail, Gmail ataupun aplikasi Microsoft dalam aktivitas keseharian perkantoran. Tidak sedikit para birokrat menggunakan layanan Yahoo.mail atau Gmail dalam surat menyurat resmi. Dengan alasan lebih praktis dan terjamin keamanan dan kepercayaannya. Mereka takut kalau surat menyurat rahasianya nanti bisa diblokir ataupun bisa dicuri oleh oknum dan aparat layanan ISP yang digunakannya. Sadap menyadap marak dan terbuka diobral di infotainment, jangan-jangan suart rahasisa ataupun transaksi keuangan pribadi bakalan bisa diobral di jejaring sosial misalnya. Bukankah secara resmi ada layanan pemerintah untuk mengontrol dan mengawasi transaksi keuangan, sehingga rekening gendut aparat kepolisian sempat beredar luas. Siapa yang menjamin kepercayaan ini? Tragisnya sampai saat ini , layanan e-Banking oleh Perbankan Nasional pada akhirnya memberikan otoritas verifikasi kepada institusi layanan berserver di luar-negeri. Perbankan masih belum percaya kepada oknum, aparat dan regulator untuk menverifikasi setiap transaksi perbankan. Masyarakat Indonesia belum dipercaya untuk menverifikasi setiap transaksi keuangan virtual sehingga server verifikasinya ditempatkan diluar negeri. Digital Trust bukan sebuah penguasaan teknologi saja, tetapi menyangkut mind and perilaku, sinergitas Trust and  Life sTYLE.

Memasuki sesi`terakhir, saya memberikan beberapa tips bahwa membangun sebuah Trust bukan hanya persoalan sekejab, ada baiknya kita memulainya sejak dari dini, sewaktu orang-tua membimbing anaknya sadar dan paham berinternet. Ketrampilan memilih dan memilah akan informasi positif dari internet akan diperoleh sejalan kesadaran  dan tumbuh kembang anak dalam kasih-sayang orangtuanya. Sudah banyak teori yang menceritakan bahwa kesuksesan anak memasuki era baru    di kebudayaan digital dicapai bukan semata karena informasi internet itu sendiri tetapi kasih sayang dan pendidikan sejak dini dari rumah dan orang-tua. Tidak bisa kita mengijinkan dan membiarkan anak-anak berakses liar sendiri di warnet yang semakin mudah didapat tanpa pengawasan. Membangun kepercayaan dan kedewasaan diri anak tidak serta merta membiarkan mereka bertransaksi liar di internet, dengan alasan mereka hanya berinternet dan baik-baik saja. Ingat bahwa internet hanyalah sebagian dari pengolahan informasi cara iconik, yang mudah hilang dan life-cycle-nya pendek. Padahal membangun Trust memerlukan life-cycle yang panjang, tidak siap-saji. Kedewasaan berinternet adalah suatu proses berkelanjutan, dan mengutip Internet Sehat, Wise While Online , Think before posting adalah ajakan untuk membangun Trust Digital , mulai saat ini, dari sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar